Kamis, 06 Agustus 2015

PERTANIAN TRADISIONAL

Kali ini saya akan memperkenalkan beberapa sistem bertani cara tradisional, yaitu sistem bertani yang ramah lingkungan sebab tidak begitu ‘akrab’ dengan bahan-bahan kimia seperti pestisida. Selain itu pertanian tradisional masih mengandalkan tenaga manusia dan banyak bergantung pada alam.

Disebut dengan Beumo di daerah Jambi, Ngahuma di Jawa Barat, dan Subak di Bali. Pertanian tradisional masih dikerjakan oleh beberapa petani. Memang, modal yang dibutuhkan sedikit, meskipun hasil yang diperoleh tidak menentu. Seringkali tidak seimbang dengan tingkat kebutuhan  masyarakat dan masih mengandalkan musim hujan. Biasanya lahan tanam akan mengering ketika musim kemarau.

Berikut dijelaskan beberapa macam sawah dengan sistem pertanian tradisional, berdasarkan sumber air:

1.      Sawah Tadah Hujan


     Sawah yang pengairannya berasal dari air hujan. Sehingga,  sangat bergantung pada musim hujan. Setiap tahun petani dapat panen padi 1-2 kali. Untuk menghindari ancaman kekeringan pada musim kemarau, petani lebih banyak menanam padi 1 kali diselingi dengan tanaman palawija lainnya. Beberapa daerah persebarannya yaitu Muntung, Ngadirejo, Parakan, Pangutan, Temanggung, Kranggan, dan Pare.



2.      Sawah Pasang Surut


     Terletak di muara sungai atau tepi pantai,  pengairannya berasal dari air sungai yang melimpah ke daratan akibat air laut yang pasang. Biasanya tersebar di daerah pantai dan rawa-rawa. Jenis padi yang ditanam berupa padi yang berbatang tinggi. Terdapat di pantai timur Sumatra, pantai utara Jawa, serta pantai selatan dan barat Kalimantan.



3.      Sawah Lebak


     Sawah yang terletak pada dataran banjir, biasanya terdapat di kiri-kanan sungai besar. Sawah ini memanfaatkan endapan sungai. Sawah jenis ini dapat dikerjakan saat musim kemarau dengan cara membuat petak-petak sawah. Contoh sawah lebak terdapat di kiri-kanan Sungai Ogan dan Sungai Musi (Sumatra Selatan).



4.      Sawah Irigasi


     Yaitu sawah dengan sitem pengairan teratur dengan sengaja dibangun saluran irigasi guna memenuhi kebutuhan air agar tanah tetap basah sehingga  dicapai suatu kondisi tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman, khususnya mengenai kandungan air dan udara diantara butir-butir tanah dan sebagai pengangkut bahan-bahan pupuk untuk perbaikan tanah. Diantaranya, terdapat di Candiroto, Muntung-Temanggung, Tembarak, sebelah timur Kembangsari


     Masih adanya pertanian tradisional memberi warna tersendiri dalam dunia pertanian di Indonesia. Dengan segala kekurangan serta kelebihan, pertanian tradisional masih diminati beberapa petani. Jika ditinjau dari segi modal, tentu sangat kecil kebutuhannya. Namun jika dilihat dari hasil, efisiensi, dan keuntungan, pertanian tradisional kurang cocok menjadi lahan bisnis yang menjanjikan.

     Demikian informasi mengenai beberapa jenis sawah dengan sitem pertanian yang masih tradisional. Semoga bermanfaat, salam karya J



 Referensi:


Tidak ada komentar:

Posting Komentar