Kali ini saya akan memperkenalkan beberapa
sistem bertani cara tradisional, yaitu sistem bertani yang ramah lingkungan
sebab tidak begitu ‘akrab’ dengan bahan-bahan kimia seperti pestisida. Selain
itu pertanian tradisional masih mengandalkan tenaga manusia dan banyak
bergantung pada alam.
Disebut dengan Beumo di daerah Jambi, Ngahuma
di Jawa Barat, dan Subak di Bali.
Pertanian tradisional masih dikerjakan oleh beberapa petani. Memang, modal yang
dibutuhkan sedikit, meskipun hasil yang diperoleh tidak menentu. Seringkali tidak
seimbang dengan tingkat kebutuhan
masyarakat dan masih mengandalkan musim hujan. Biasanya lahan tanam akan
mengering ketika musim kemarau.
Berikut dijelaskan beberapa macam sawah
dengan sistem pertanian tradisional, berdasarkan sumber air:
1.
Sawah Tadah
Hujan
Sawah
yang pengairannya berasal dari air hujan. Sehingga, sangat bergantung pada musim hujan. Setiap
tahun petani dapat panen padi 1-2 kali. Untuk menghindari ancaman kekeringan
pada musim kemarau, petani lebih banyak menanam padi 1 kali diselingi dengan
tanaman palawija lainnya. Beberapa daerah persebarannya yaitu Muntung, Ngadirejo, Parakan, Pangutan,
Temanggung, Kranggan, dan Pare.
2.
Sawah Pasang Surut
Terletak
di muara sungai atau tepi pantai, pengairannya berasal dari air sungai yang
melimpah ke daratan akibat air laut yang pasang. Biasanya tersebar di daerah
pantai dan rawa-rawa. Jenis padi yang ditanam berupa padi yang berbatang
tinggi. Terdapat di pantai timur Sumatra, pantai utara Jawa, serta pantai
selatan dan barat Kalimantan.
3.
Sawah Lebak
Sawah
yang terletak pada dataran banjir, biasanya terdapat di kiri-kanan sungai
besar. Sawah ini memanfaatkan endapan sungai. Sawah jenis ini dapat dikerjakan
saat musim kemarau dengan cara membuat petak-petak sawah. Contoh sawah lebak terdapat
di kiri-kanan Sungai Ogan dan Sungai Musi (Sumatra Selatan).
4.
Sawah Irigasi
Yaitu
sawah dengan sitem pengairan teratur dengan sengaja dibangun saluran irigasi guna
memenuhi kebutuhan air agar tanah tetap basah sehingga dicapai suatu kondisi tanah yang baik untuk
pertumbuhan tanaman, khususnya mengenai kandungan air dan udara diantara
butir-butir tanah dan sebagai pengangkut bahan-bahan pupuk untuk perbaikan
tanah. Diantaranya, terdapat di Candiroto,
Muntung-Temanggung, Tembarak, sebelah timur Kembangsari
Masih adanya pertanian tradisional memberi warna tersendiri dalam dunia pertanian di Indonesia. Dengan segala kekurangan serta kelebihan, pertanian tradisional masih diminati beberapa petani. Jika ditinjau dari segi modal, tentu sangat kecil kebutuhannya. Namun jika dilihat dari hasil, efisiensi, dan keuntungan, pertanian tradisional kurang cocok menjadi lahan bisnis yang menjanjikan.
Demikian informasi mengenai beberapa jenis sawah dengan sitem pertanian yang masih tradisional. Semoga bermanfaat, salam karya J
Demikian informasi mengenai beberapa jenis sawah dengan sitem pertanian yang masih tradisional. Semoga bermanfaat, salam karya J
Referensi:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar